Judul : “Siapa Bilang jadi Guru Hidupnya Susah?”
(7 Kiat Praktis Mendaptkan Penghasilan Tambahan)
Penulis : L M. Hasyim Ashari
Penerbit : Pinus Yogyakarta
Cetakan : 1, 2007
Tebal buku : 199 halaman
(7 Kiat Praktis Mendaptkan Penghasilan Tambahan)
Penulis : L M. Hasyim Ashari
Penerbit : Pinus Yogyakarta
Cetakan : 1, 2007
Tebal buku : 199 halaman
Pahlawan
Tanpa Tanda Jasa, begitulah pujian bagi seseorang yang mengabdikan
hidupnya sebagai guru. Guru dengan tugas utamanya mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik di setiap jenjang pendidikan. Dan tidak kalah pentingnya adalah
mengarahkan anak didiknya menjadi manusia yang mempunyai knowledge, understanding, life skill dan tentunya values
yang baik dalam hidupnya. Sungguh amat mulia tugas seorang guru dan
tentunya butuh kerja keras dan tangggungjawab yang tinggi untuk
mewujudkan semua cita-cita tersebut. Sehingga sangatlah tepat apabila
Sartono menyebut guru dalam lagunya yang sangat populer dengan judul
“Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” bahwa guru diilustrasikan sebagai “pelita
dalam kegelapan, laksana embun penyejuk dalam kehausan, patriot pahlawan
bangsa Tanpa tanda jasa”.
Akan
tetapi, semua hal di atas sangat bertolakbelakang dengan kesejahteraan
hidup seorang yang berprofesi sebagai guru yang sungguh sangat
memprihatinkan sekali. Apalagi bagi mereka yang hanya menggantungkan
kebutuhan sehari-hari dari gaji sebagai seorang guru. Maka tidak salah
apabila sebagian orang beranggapan “kalau pengen kaya jangan jadi guru,
karena gajinya kecil, apalagi guru tidak tetap (GTT)”. Dengan semua
kenyataan tersebut, maka terbentuk opini bahwa saat ini profesi guru
menempati strata (tingkatan) yang rendah dibanding profesi lainnya, baik
dilihat dari segi sosial, ekonomi, budaya, maupun kewibawaannya. Hal
tersebut mungkin juga terjadi karena cerminan dari kebijakan negeri ini
kurang perhatian pada pendidikan meskipun amanat UUD 1945 (amandemen)
mengenai anggaran pendidikan di APBN 20% yang sampai sekarang belum
terpenuhi. Bahkan sosok Iwan Fals pun sampai-sampai menulis sebuah lagu
yang berjudul ”Balada guru Oemar Bakri” karena tidak tahan melihat nasib
seorang guru. Dalam lagu tersebut menggambarkan seorang guru pegawai
negeri sebagai sosok Oemar Bakri yang banyak berjasa mencerdaskan anak
bangsa tetapi gajinya begitu kecil. Bahkan jauh dari rata-rata kebutuhan
sehari-hari. Dengan melihat banyak kenyataan di atas, masyarakat kita
sekarang memandang profesi guru adalah alternatif yang kesekian kalinya.
Memang
sampai sekarang, nasib guru juga belum banyak berubah. Khususnya dari
segi ekonominya. Bagi pegawai negeri memang cukup lumayan gaji yang
diterimanya sejak pemerintahan presiden Gus Dur, tetapi
tidak demikian halnya bagi ratusan ribu Guru Tidak Tetap (GTT) baik
negeri maupun swasta. Kecuali beberapa guru yang beruntung dapat
mengajar di sekolah swasta yang mampu memberikan gaji di atas UMR karena
memang murid-muridnya mayoritas dari kalangan menengah ke atas. Mungkin
sebagian orang yang berprofesi sebagai guru hanya bisa mengeluh dan
mencari kambing hitam atas masalah kesejahteraan hidup mereka yang tidak
kunjung membaik tersebut. Tetapi kalau dipikir-pikir jika cuma mengeluh
tapi tidak melakukan sesuatu maka masalah kesejahteraan hidup mereka
tidak akan pernah berubah.
Dalam
buku yang berjudul “Siapa Bilang Jadi Guru Hidupanya Susah ?” (7 Kiat
Praktis Mendapatkan Penghasilan Tambahan), yang ditulis oleh M. Hasyim
Ashari ini, mencoba memberikan banyak inspirasi dan motivasi bagi
seluruh guru untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Tanpa harus selalu
memimpikan adanya kenaikan gaji yang drastis yang dapat diterimanya,
penulis mengajak para guru dapat mengoptimalkan potensi dan waktu yang
dimiliki guru untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Bahkan bisa jadi
jauh lebih besar dari gaji pokok sebagai guru di sekolah tanpa
meninggalkan dedikasi dan profesionalisme sebagai seorang guru yang
mampu mencerdaskan anak bangsa.
Selama
ini kebanyakan buku-buku yang berhubungan dengan guru selalu membahas
metode-metode mengajar atau perangkat mengajar saja. Sedangkan untuk
bidang kesejahteraan hidup guru jarang sekali dibahas oleh para penulis dalam bukunya. Padahal kehidupan guru bukan hanya berhubungan dengan dunia pendidikan saja tetapi guru juga berhubungan dengan bidang sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain. Tetapi buku yang merupakan terbitan Pinus Yogyakarta ini di samping berisi berbagai
hal yang berhubungan dengan dunia guru yang ada di sekolah, juga berisi
bidang kehidupan yang sering disentuh oleh para guru salahsatunya
adalah bidang ekonomi atau kesejahteraan hidup. Oleh karena itu, buku yang berjudul “Siapa Bilang Jadi Guru Hidupanya Susah ?” ini bisa disebut sebagai kado (hadiah) terindah bagi orang yang berprofesi sebagai guru.
Di
mata masyarakat, guru terkesan hidupnya paling santai daripada profesi
yang lain. salah satu contoh : hidup guru itu lebih ”santai” dari PNS
lainnya. PNS umum bekerja dari jam 08.00 sampai jam 16.00 sedangkan guru
mengajar juga cuma setengah hari (18-24 jam per minggu)
jadi bisa dibilang tersedia banyak hitungan libur. Seperti libur bulan
Ramadhan, libur kenaikan kelas dll. Tetapi sebagian besar guru tidak
memanfaatkan waktu luang tersebut dengan baik. Padahal bukankah guru
seharusnya akrab dengan pengetahuan dan informasi sebagaimana tuntutan
profesinya? Lalu, Mau dikemanakan waktu luang guru yang demikian banyak ?
Mungkin buku karangan M. Hasyim Ashari ini dapat menjadi jawaban dan
solusi atas pertanyaan-pertanyaan di atas. Karena di samping berisi tentang beberapa contoh metode mengajar , buku ini juga berisi kiat-kiat praktis tentang :
· Mengelola waktu luang menjadi produktif
· Menjadi guru favorit dan powerfull
· Menjadi guru privat yang laris manis
· Menjadi pengajar (tentor) favorit di lembaga bimbingan belajar
· Mengelola lembaga privat dan bimbingan belajar
· Sukses jadi penulis buku dan penulis di media massa
· Berani berwirausaha
Sehingga
dengan adanya kiat-kiat tersebut sang penulis berharap dapat merubah
pemikiran masyarakat khususnya orang yang berprofesi sebagai guru supaya
tidak membuang waktu luang mereka dengan melakukan hal-hal yang kurang
positif.
Di
samping itu, buku setebal 199 halaman ini juga bisa dijadikan rujukan
bacaan yang utama karena berisi banyak cara memantapkan diri dan
menggapai kesejahteraan. Bahasanya
juga sangat bersahabat dengan telinga kita dan tidak menampakkan
bahasa-bahasa yang menggurui. Buku ini juga lahir dari kenyataan bahwa
betapa mulianya tugas seorang guru dalam mendidikan anak penerus bangsa
dimana guru dituntut memiliki komitmen yang kuat untuk selalu memajukan
pendidikan di satu sisi. Di sisi lain guru juga diharapkan dapat mampu
meningkatkan kesejahteraan hidupnya tanpa harus bergantung pada gaji
yang diberikan oleh pemerintah atau lembaga sepenuhnya. Apalagi
mengandai-andai anggaran pendidikan akan sesuai amanat UUD 1945 sebesar
20% dapat segera terealisasi. Tetapi bagi M. Hasyim Ashari ini hanya
sebatas BBM (Baru Bisa Mimpi).
Tapi
siapa bilang jadi guru hidupnya susah ? meskipun sang penulis tidak
bilang kaya, karena kaya itu relatif tergantung siapa yang melihat.
Sekarang saja banyak sekali guru yang hidupnya enak, punya mobil, rumah
bagus, punya aset dan menyekolahkan anak sampai ke perguruan tinggi.
Semua itu terjadi karena mereka termasuk tipe guru yang mampu untuk
hidup enak. Ada tiga tipe guru yang mampu untuk dapat hidup enak.
Pertama, adalah mereka yang kreatif memanfaatkan potensinya. Karena
memang seorang guru tentu memiliki potensi keilmuan yang jauh lebih
tinggi dibandingan dengan kelompok masyarakat yang lain. Kedua, guru
yang mampu mengelola waktu luangnya dengan aktivitas-aktivitas yang
produktif. Terakhir, adalah mereka yang berani melakukan lompatan dalam
hidupnya dengan berwirausaha. Seperti mendirikan lembaga bimbingan,
kursus atau bahkan membuka usaha kecil (industri rumah tangga).
Kelebihan
lain dari buku ini, selain penulisnya, M. Hasyim Ashari, sebagai guru
pengajar di salah satu sekolah, juga memegang jabatan penting di salah
satu bimbingan belajar terkemuka di Indonesia yaitu kepala cabang di
Lembaga Pendidikan PRIMAGAMA Malang sekaligus berpengalaman menjadi guru
privat dari rumah ke rumah sejak menjadi mahasiswa. Melalui bukunya
ini, penulis juga berusaha memberikan gambaran untuk menjadi guru yang
unggul. Dengan tujuh kiat praktisnya mendapatkan pengahasilan tambahan.
Di tengah-tengah keresahan kesejahteraan yang banyak dialami oleh guru,
buku ini setidaknya akan sedikit meringankan bagi mereka bahkan dapat
menjadi jalan keluarnya tanpa harus menanggalkan pengabdiannya sebagai
seorang guru. Dan dengan membaca buku ini semoga kita semakin bangga
menjadi guru. Semoga Allah SWT meridhoi usaha kita yang berprofesi
sebagai guru dalam mengemban dakwah memajukan pendidikan khususnya
pendidikan Islam. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing setiap
langkah-langkah kita dalam rangka membimbing dan mendidik siswa-siswi
kita agar kelak mereka menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi
diri, keluarga dan orang lain. Amin!! (dari berbagai sumber)